Sebagai seorang pemimpin, Anis Matta mempunya sisi lain yang unik dan
patut dijadikan contoh. Inilah 7 hal yang disusun Piyungan agar kamu
tahu tentang Anis Matta:
1. Suka Air Putih dan Olahraga
Liputan6Sejak ditunjuk sebagai Presiden PKS, Anis Matta langsung tancap
gas. Ia habiskan waktunya bertemu kader-kader PKS di seluruh Indonesia.
Ditanya soal aktivitas yang padat bagaimana ia menjaga stamina dan
kesehatannya, Anis menyebutkan dirinya selalu minum air putih sepanjang
hari. “Minimal saya minum air putih tiga liter,” sebut Anis.
Tidak hanya minum air putih, Anis juga secara rutin berolahraga untuk
menjaga staminanya. Ia menyebut olahraga seperti gym, futsal, jogging
dan renang menjadi pilihan olahraganya. “Dan tentunya saya mengkontrol
makanan,” tambah bekas Wakil Ketua DPR RI ini.
Yang tak kalah
penting resep menjaga kesehatannya, Anis menegaskan dirinya selalu
gembira sepanjang hari. Alumnus LIPIA Jakarta ini mengatakan kegembiraan
hati bisa diikhtiarkan dengan menjalani segala sesuatu dengan ikhlas.
“Kalau niatnya mengejar karir, akan bermasalah,” seloroh Anis.
2. Penggemar Bang Haji Oma
AntaraAnis merupakan penggemar karya-karya Sang Raja Dangdut Rhoma Irama.
“Dulu saya tinggal di kampung, di mana kebanyakan orang menyukai musik
dangdut. Akhirnya saya jadi suka, terutama Rhoma Irama. Lagu yang
paling saya suka adalah Kerudung Putih,” ungkap Anis.
Rasa suka
Anis pada lagu Kerudung Putih rupanya dilatarbelakangi situasi saat itu.
Anis remaja tinggal di pondok pesantren, di mana siswa laki-laki
(santri) tinggal terpisah dari siswa perempuan (santriwati).
“Kalau mau ke rumah kyai, harus melewati asrama putri. Saat itu
seringkali kita berpapasan dengan santriwati, dan melihat wajah mereka
itu merupakan sesuatu yang luar biasa,” canda Anis.
Selain Rhoma Irama, ada dua musisi lagi yang Anis kagumi.
“Saya mengagumi tiga orang. Rhoma Irama, Ebiet G. Ade, dan Iwan Fals.
Ketiganya punya kesamaan, yaitu sama-sama otentik. Musiknya asli,
suaranya asli, syairnya juga asli,” puji pria kelahiran Bone, 45 tahun
lalu itu ketika tampil TV One beberapa waktu silam.
3. Gila Baca
MerdekaAnis Matta banyak menghabiskan waktu dengan membaca buku. Bagi
dirinya, dengan membaca buku maka akan dapat memiliki kedalaman dalam
melihat suatu masalah. Lebih dari itu, Anis menyebutkan bagi politisi
jika tidak membaca buku akan memiliki akumulasi masalah dalam jangka
panjang. “Kalau saya baca buku tematik,” tandas Anis.
Ia juga
suka buku biografi, "Saya paling suka baca buku biografi, politik
internasional, dan hubungan internasional," kata Anis, sembari
menunjukkan buku karangan Francis Fukuyama seperti dilansir Tempo.
Buku biografi para tokoh pimpinan pun habis dilalapnya. Mulai dari
biografi tentang Soekarno, Suharto, Baharudin Jusuf Habibie, Soesilo
Bambang Yudhoyono, hingga Taufik Kiemas dan Sofjan Wanandi. "Saya
menyukai gelora Soekarno dan tangan dingin Suharto. Saya suka baca
sejarah para pemimpin untuk menjaga kesinambungan sejarah," Anis
melanjutkan.
4. Menyukai Ketinggian
harfamAnis kecil
pernah tinggal di dua tempat, Bone (Sulawesi Selatan) dan Tual (Maluku).
Kedua tempat ini dekat dengan perairan. Saat di Bone, rutinitas Anis
setiap hari adalah sekolah di pagi hari, mengaji di siang hari, dan
berenang di sore hari. Aktivitas sore inilah—berenang di sungai—yang
menjadi hiburan Anis.
Hal yang sama berlaku saat Anis tinggal di
Tual yang dekat dengan laut. Anis kerap menaiki kapal perintis yang
berlabuh di dermaga, mencari bagian tertinggi, kemudian melompat ke
dalam air. Menurut pria yang hobi futsal ini, sensasi yang dirasakan
saat terjun dari ketinggian itulah yang menghasilkan keseruan.
Ternyata, kesukaan Anis pada ketinggian mengajarinya satu hal dalam hidup.
“Dulu kalau mau lompat dari tempat tinggi, yang saya lakukan adalah
tutup mata, lompat, dan terjadilah apa yang terjadi. Sekarang, ketika
saya menghadapi situasi keras, saya bawa itu. Dalam setahun ini, ketika
kita menghadapi risiko besar, dan kita tidak tahu apakah kita bisa
menghadapinya atau tidak, maka tutuplah mata, lompat, dan terjadilah apa
yang terjadi,” tutur Anis pada TVOne.
5. Makan 'Oli dan Paku Berkarat' Selama Enam Tahun
deviatartAda satu peristiwa yang paling spesial di kotak memorinya,
yaitu pengalaman Anis kecil makan ‘oli dan paku berkarat’ selama enam
tahun.
Tapi Anis bukan hendak melakukan atraksi debus, karena
‘oli dan paku berkarat’ adalah sebutan untuk nasi bercampur kecap dan
lauk teri, menu Anis dan penghuni pondok pesantren tiap sarapan pagi.
Untuk Anis yang saat itu berusia 11 tahun—dan terbiasa dengan hidup
berkecukupan di rumahnya—tentu hal ini berat terasa.
Selain menu
makan yang ‘tak biasa’, tradisi disiplin di pesantren membuat hidup di
sana terasa ‘keras’. Setidaknya, hal ini dirasakan oleh 53 dari 58 murid
seangkatan Anis, yang tidak mampu bertahan melanjutkan pendidikannya di
sana. Namun Anis tidak menyerah, karena selain tekad baja yang ia
miliki, ada seorang ustadz yang selalu memotivasi Anis dan
kawan-kawannya untuk bertahan.
“Jangan lihat hitamnya nasi kecap
ini, tapi lihatlah bahan bakunya. Insya Alah nilai gizinya tinggi.
Ingatlah, nasi kecap ini yang kelak akan membuat kalian jadi orang
besar,” kenang Anis mengutip ucapan Abdul Djalil Thari, guru khat-nya
(kaligrafi Arab) saat itu seperti dilansir web pribadinya.
6. Produktif Nulis Buku
alimind.wordpress.comAnis Matta bisa dikatakan sebagai pemikir politik,
makanya produktif nulis. Pemikiran politik Anis bisa kita telusuri pada
buku-buku yang ia tulis. Diantaranya Model Manusia Muslim Abad 21
(2002), Menikmati Demokrasi (200), Menuju Cahaya (2006), Arsitek
Peradaban (2006), dari Gerakan ke Negara (2006), Serial Cinta, Serial
Pembelajaran, Delapan Mata Air Kecemerlangan (2009) Demi Hidup Lebih
Baik (2011), Gelombang Ketiga Indonesia (2014), dan Momentum Kebangkitan
(2014)
7. Bukan Ayah Sempurna
woko muchidin
woko muchidin
Anis
yang pada awal masa reformasi rajin menulis Kolom Ayah di Majalah UMMI -
yang kemudian terbit sebagai buku Biar Kuncupnya Mekar Jadi Bunga,
mengaku tidak pernah merasa sempurna sebagai seorang ayah.
“Tidak, saya tidak pernah merasa sempurna. Tapi saya percaya pada proses
menuju ke sana. Itulah yang saya lakukan. Saya berusaha bergerak secara
konstan menuju titik kesempurnaan itu,” jelas ayah 10 orang anak ini.
Menurut Anis, peran sebagai ayah merupakan amanah besar, sekaligus
karunia besar. Banyak hal yang harus dilakukan untuk membuat seseorang
layak menjalani peran itu. Tapi juga akan banyak kesenangan-kesenangan
yang menghampiri ketika menjalani peran itu dengan baik.
“Peran
sebagai ayah membuat seseorang belajar tentang makna pertanggungjawaban
yang hakiki. Peran ini juga akan menyuguhkan melodi paling harmoni bagi
orang yang menjalani peran tersebut. Peran ini memberi kita begitu
banyak hal. Lalu segala sesuatu yang kita dapatkan itu membuat kita
sanggup memberi lebih banyak lagi. Ini seperti rantai kebaikan yang tak
pernah putus,” pungkas Anis seperti dikutip laman pribadinya.
Muhammad Sholich Mubarok
@paramuda
@paramuda
EmoticonEmoticon