Tampilnya Anies Rasyid Baswedan sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta untuk
periode 2017 – 2022 yang berduet dengan Sandiaga Salahuddin Uno membuat Basuki
Tjahaya Purnama yang bepasangan dengan Djarot Saiful Hidayat tumbang dari kursi
01 DKI Jakarta. Sang Petahana ini berhasil tergeserkan dari kursinya
berdasarkan hasil Quick Count 19
April 2017. Perhelatan Pilgub kali ini bukan hanya pertarungan antara
Anie-Sandi dan Ahok-Djarot, namun banyak kalangan mengasumsikan bahwa ini pun
pertarungan Prabowo Versus Megawati. Selain itu, hadirnya Sang Pangeran Cikeas
ke dalam pertarungan yang meski gugur duluan di putaran pertama menjadikan kita
bertambah yakin bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga ikut turun gunung
dalam pertarungan ini. Sehinggga tak heran banyak pengamat politik mengatakan
bahwa inilah yang namanya “Pilgub rasa
Pilpres”.
Meski banyak kalangan yang mengatakan bahwa faktor agama menjadi
variabel utama keluarnya nama Anis-Sandi
sebagai Juara dalam perhelatan Pilgub DKI. Namun integritas dan kualitas keilmuan
calon pun menjadi faktor pendukung menangnya Anies-Sandi. Anies Rasyid Baswedan
yang notabene sebagai akademisi tentu memiliki keluasan ilmu dan kematangan
konsep dalam membangun Jakarta. Integritas seorang akademisi yang selalu
membawa tagline “Gerakan Turun Tangan”
membawa nuansa baru dalam konstalasi politik bangsa dan patut diperhitungkan.
Cerdas, paham konsep, dan berintegritas sebagai ikon yang selalu melekat pada
diri akademisi menjadikan para pemilih tidak perlu berpikir dua kali dalam menjatuhkan
pilihannya.
Kemenangan kandidat dari akademisi di Pilgub DKI Jakarta bukan hal yang
baru dalam dinamika perpolitikan tanah air. Sebut saja nama Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, MSc yang berhasil
menang dalam pemilihan kepala daerah Sumatera Barat. Alumni HMI Cabang Jakarta
ini berpasangan dengan Muslim Kasim diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) dan berhasil meraih kemenangan dengan 32,44 persen suara dalam Pemilukada
Sumbar yang digelar 30 Juni 2010 lalu. Selain
Prof Irwan Prayitno, akademisi lain yang memenangkan pertarungan adalah Prof.
DR. Ir. H.M. Nurdin Abdullah, M.Agr pada Pilkada Kabupaten Bantaeng 2009 silam.
Bahkan saat ini, Nurdin yang bergelar profesor Ilmu Kehutanan ini masih
memimpin Bantaeng. Ia berpasangan dengan HM Yasin dan terpilih lagi pada
pilkada kedua 2013 lalu. Sejauh ini, ia meraih 50 penghargaan dalam berbagai
bidang.
Bahkan jauh sebelum itu Indonesia juga pernah dihadirkan
cerita Gubernur teladan dari Sulawesi Selatan, yakni Prof. Dr. Ahmad Amiruddin,
yang akrab dengan sapaan Pak Amir. Karakter kepemimpinan dan kepribadiannya,
tak jauh beda dengan Ali Sadikin. Sulawesi Selatan, khususnya Makassar yang
sebelumnya akrab dengan kawasan kawah dan kumuh, disulap menjadi kota yang
tertata rapih, teratur dan kota bersih, pada tahun 1993. Sejak menjadi
Gubernur, pembangunan sarana dan infrastruktur perekonomian menjadi prioritas
utama Pak Amir, demi terwujudnya masyarakat Sulsel yang siap bersaing di bidang
ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan.
Kemenangan Prof Anies Rasyid Baswedan di Pilkada DKI
Jakarta, terpilihnya Prof Irwan Prayitno pada Pilgub Sumatera Barat, menang dua
periodenya Prof Nurdin Abdullah di Bantaeng, kemudian melegendanya nama Prof
Amiruddin sebagai Gubernur teladan Sulawesi Selatan, seolah memberikan sinyal
kemenangan pada para akademisi lain untuk tampil di pemilihan kepala daerah.
Munculnya nama Prof Laode Masihu Kamaluddin selaku akademisi di Pilgub Sultra
mesti menjadi perhatian serius. Mantan rektor Unissula ini juga tidak kalah
saing dengan akademisi lain yang terjun di panggung politik. Berbagai prestasi
dan penghargaan juga banyak diraih olehnya. Bahkan namanya diabadikan di salah
satu gedung di Korea Selatan bertuliskan “Laode
Hall : Dedicated to Dr. Laode M. Kamaluddin, who has shared a great dream
for Asian Leadership in the world”.
Nama Prof Laode Masihu Kamaluddin selaku akademisi yang
terjun ke panggung politik, tentu tak bisa dianggap remeh. Selain dedikasinya,
prestasinya, pemikiran cemerlangnya, konsep-konsep besarnya, ia juga dianggap
sebagai satu-satunya tokoh sultra yang memiliki relasi besar di tingkat
nasional dan internasional (Baca: Mengenal Prof Masihu). Relasi internasional yang ia miliki mulai dari
daratan Benua Eropa, Amerika, Asia, Afrika, maupun Australia. Di tataran nasional,
ia memiliki hubungan keakraban yang baik dengan Prabowo Subianto, Jusuf Kalla,
Zulkifli Hasan, maupun Anies Baswedan. Bahkan ketika Prof Anies masih menjabat
sebagai rektor Universitas Paramadina dan kala itu Prof Masihu menjabat sebagai
Ketua Forum Rektor Indonesia, mereka saling membangun komunikasi yang baik dan
Anies Baswedan pernah menyempatkan diri mengunjungi Unissula.
Penulis : Jubirman
(Ketua Himatika Unissula 2011-2012)
thanks
ReplyDelete