Oleh:
JUBIRMAN (Mahasiswa Pasca Sarjana UHO)
Perhelatan
politik Sulawesi Tenggara yang akan digelar 2018 mendatang telah mulai
mengerucut pada beberapa nama. Satu per satu figur calon gubernur mulai mengundurkan
diri dari arena pertarungan dan beberapa yang lain masih bertahan. Salah satu figur
yang menyatakan diri resmi mundur secara terang-terangan adalah Politisi Senior
Partai Golkar, Ridwan Bae. Pernyataan mundurnya mantan Bupati Muna ini resmi diumumkan
pada Rapat Pimpinan Daerah Khusus (Rapimdasus) Partai Golkar di Hotel Clarion
Kendari, Sabtu (23/9/2017).
Hal
ini menarik dibaca untuk para pengamat politik. Peluang 3 pasangan atau dua
pasangan (Head to Head) mulai
terlihat dalam “menit-menit terakhir”
menunggu keluarnya surat rekomendasi partai. Resmi mundurnya Ridwan Bae dari
pencalonan gubernur menuai tanda tanya besar bagi masyarakat Sultra. Mengapa
seorang nahkoda partai juga pemilik kursi terbanyak kedua di DPRD Sultra ini
mengundurkan diri di masa para cagub sibuk mencari tiket masuk Pilgub? Dengan alasan pertimbangan yang katanya matang ini, maka Golkar Sultra
mengusulkan Asrun dan Rusman Emba untuk dipertimbangkan di DPP.
Dari
kedua figur tersebut, rekomendasi Golkar berpeluang didapatkan oleh Asrun
dengan pertimbangan Rusman Emba sebagai figur kepulauan yang dikenal sebagai kemenakan dari Ridwan Bae mau diambilnya
sebagai 02. Jika ini terjadi, maka PDIP bisa saja bergabung ke koalisi
Asrun-Rusman karena alasan Rusman Emba sebagai kader partai. Dan ini tentu
telah melebihi 9 kursi yang dipersyaratkan. Golkar 7 kursi dan PDIP 5 kursi,
sehingga total 12 kursi. Sehingga dengan demikian, Asrun-Rusman telah berhasil
meraih tiket masuk Pilgub.
Sementara
itu, belakangan ini beberapa media telah menghebohkan berita menarik tentang
rekomendasi salah satu partai yang juga patut diperhitungkan di Perebutan kursi
01 Sultra. Tepatnya 19 September 2017, ramai-ramai media memberitakan ada
wacana yang terhembus, “entah dari mana
datangnya”, Prof Masihu akan menggantikan H. Imran untuk menahkodai Gerindra
di Bumi Anoa ini. Sekaligus hal ini akan mengunci SK gerindra untuk dirinya
raih tiket masuk Pilgub. Jika saja benar Gerindra akan mengusung Masihu di
Pilgub Sultra, maka PAN akan berpikir dua kali dalam memberi rekomendasinya
kepada Asrun.
Apalagi
tim sukses Laode Masihu Kamaluddin telah ramai memasang jagoannya tersebut di
media sosial untuk disandingkan dengan Tina Nur Alam. Bisa saja PAN akan
merapat ke Gerindra untuk sama-sama mengusung Masihu – Tina di arena Pilgub. Karena
Tina adalah salah satu kader PAN selain Asrun yang dikabarkan akan mendapatkan
rekomendasi maju Pilgub. Hal ini diperkuat lagi PAN yang baru saja menarik
dukungan dari Ichsan Yasin Limpo ke Prof Nurdin Abdullah di Pilgub Sulawesi Selatan.
Selain karena alasan Ichsan tidak mampu menghimpun 8 kursi tambahan yang
diminta PAN, juga karena sinyal Gerindra menunjukan aroma dukungan ke Prof
Nurdin. Apalagi PKS telah memberi sinyal kuat juga untuk gabung ke koalisi
Gerindra-PAN dalam mengusung Prof Nurdin di Pilgub Sulsel.
Jika
kita membaca dinamika Pilgub Sulawesi Selatan yang koalisi umat (Gerindra, PKS,
PAN, Demokrat) mulai satu per satu menunjukkan kekompakannya mengusung Prof
Nurdin Abdullah, maka ini pula bisa terjadi di Pilgub Sultra. Gerindra akan
menjadi penentu arah koalisi. Rekomendasi Gerindra ke Masihu bisa saja mampu
menjadi magnet untuk menarik PAN dan PKS bergabung ke koalisi Masihu – Tina.
Masuknya PKS ke koalisi karena alasan kepentingan politik pusat yang begitu mesra dengan Gerindra.
Peluang
Head to Head bisa saja terjadi dengan
formasi Asrun – Rusman yang akan diusung oleh Golkar dan PDIP akan berlawanan
dengan Masihu – Tina yang akan dapat tiket dari Gerindra, PAN, dan PKS.
Sedangkan Demokrat, Hanura, Nasdem, PPP, dan PKB tentu saja akan merapat ke
salah satu pasangan koalisi di atas. Karena peluang partai-partai tersebut
untuk bersatu mengusung salah satu figur lain kemungkinannya sangat kecil.
Bisa
saja Nasdem akan mengusung Ali Mazi, tetapi kursi masih kurang sehingga butuh 6
kursi lagi. Begitupun dengan Rusda yang dimungkinkan akan dapat tiket dari
Demokrat hanya saja masih kurang 3 kursi. Dan prediksi Ali Mazi – Rusda untuk bergabung dalam satu koalisi memiliki
peluang yang sangat kecil. Meski dalam politik bisa saja terjadi, tetapi ini
sulit, karena dinamika politik yang belum mampu mencair dengan baik di antara
para figur dan beberapa partai tersebut.
EmoticonEmoticon